Keluarga mendiang Mayang Prasetyo alias Febri Andriansyah semalam menggelar malam renungan. Acara untuk mengenang transgender yang tewas dimutilasi suaminya, Marcus Pieter Volke, di Australia itu berlangsung di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandarlampung.
Dalam kesempatan ini hadir aktivis mahasiswa, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) Heri Joko Subandrio, serta Kelompok Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) Lampung. Ya, keseluruhan acara ditujukan untuk mengenang Mayang.
Sumini, nenek Mayang yang mewakili keluarga, mengucapkan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Lampung, yang secara sukarela membantu acara hingga mempersiapkan kepulangan jenazah Mayang.
Dia juga memohon maaf kepada mereka yang mengenal Febri dari kecil hingga meninggal, jika semasa hidupnya memiliki salah yang disengaja maupun tidak.
Direktur LBH Bandarlampung Wahrul Fauzi Silalahi berharap atas peristiwa ini ke depan semua pihak bisa mengerti akan hak setiap manusia dan lebih menghargai antarsesama.
’’Kejadian yang sangat tragis dan tidak manusiawi telah menimpa sahabat kita,” kata dia.
Wahrul menyesalkan keterlambatan dan lambannya negara memulangkan jenazah Febri ke Lampung. Namun, dia bersyukur saat ini telah ada titik temu yang baik, bahkan tanah makam sudah disiapkan. Tiga masjid pun bisa menjadi pilihan keluarga untuk menyalatkan jenazah.
’’Saya salut dengan perjuangan kawan-kawan LGBT, pengorganisasian yang solid dan penguatan yang menguatkan keluarga serta mendoakan agar proses ini berjalan cepat tanpa hambatan. Jika kalian semua tidak ada, tak tahu apa yang akan terjadi,” pujinya.
Rahmat, sahabat Mayang semasa hidup dan bekerja sehari-hari di salon, mengungkapkan, Mayang adalah seorang yang selalu memberi motivasi kepada teman-temannya. ’’Dia adalah sahabat, teman yang baik,” ungkapnya.
Dalam acara itu ditayangkan foto-foto Mayang semasa hidup diiringi lagu Jangan Menyerah dari band D’Masiv. Ditingkahi pembacaan puisi dari kerabat dan sahabat Mayang. Hujan air mata pun tumpah. Acara kemudian diakhiri tiupan lilin dimulai dari Nining Sukarni, ibu Mayang, diikuti keluarga dan lainnya.
Pada bagian lain, Pemerintah Provinsi Lampung akhirnya bersikap. Mereka mengirimkan surat ke Kementerian Luar Negeri untuk mendesak percepatan pemulangan jenazah.
Kepala Dinas Sosial Lampung Satria Alam menyatakan, sebagai leading sector untuk masalah ini, pihaknya bukan hanya diam. Surat kemarin adalah buktinya. Surat dengan nomor 465.2/4611/III.04/B.II/2014 tertanggal 17 Oktober 2014 itu ditandatangani Wakil Gubernur Lampung Bachtiar Basri tentang pemulangan jenazah WNI atas nama Febri Andriansyah alias Mayang Prasetyo.
Surat ditujukan ke Kemenlu RI cq. Direktur Perlindungan WNI.
“Kami kirim via faksimile, jadi langsung diterima. Kami kirimkan melalui pos juga. Mengapa ditandatangani Wagub, karena Pak Gubernur sedang tidak di tempat. Surat ini juga kami tembuskan ke Wali Kota Bandarlampung Herman H.N. Mayang kan warganya, jadi agar pemkot mengetahui langkah kita,” paparnya.
Menurutnya, Gubernur Ridho juga telah berkoordinasi langsung dengan Kemenlu, meminta difasilitasi pemulangan serta biaya pemulangan Mayang dari Australia ke Jakarta lalu ke Lampung.
Sumber : jpnn.com