Razia preman yang digelar jajaran Polda Sulselbar di Kota Makassar dianggap gagal. Pasalnya, preman-preman masih saja berkeliaran dan meresahkan warga. Kejadian sepekan terakhir membuktikan kegagalan itu.
“Katanya sudah ada 300-an orang yang diamankan dalam razia preman. Namun, itu masih sebatas dugaan saja. Polisi menggelar razia tidak berdasarkan data dan asal menangkap orang saja di jalanan, sedangkan preman sebenarnya masih berkeliaran dan menjalankan aksinya,” kecam Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar, Abdul Azis, Senin (6/5/2013).
Azis berpendapat, polisi seharusnya sudah meninggalkan pola kerja lama yang bersifat reaktif dalam membasmi premanisme. Semua pihak, terutama pemerintah, harus mencari solusi komprehensif dan tidak parsial jika memang ingin menghapus premanisme. “Perlu dipikirkan langkah penanganan yang lebih adaptif dan menyeluruh serta tidak sesaat,” ujar dia. Menurut Azis, saat ini, ketimpangan terjadi antara orang kaya dan orang miskin.
Kegagalan operasi preman yang digelar polisi, sebut Azis, dapat dilihat dari masih banyaknya preman bayaran dan preman di tempat keramaian seperti di Pantai Losari. Preman bayaran, salah satunya jelas ada dalam bentrok terkait sengketa lahan di Jalan AP Pettarani, Minggu (5/5/2013). Sementara preman di Pantai Losari kerap memeras pedagang dan pengunjung.
Bukti kegagalan pemberantasan preman
Pantai Losari, tambah Azis, kini tak lagi terjamin keamanan dan kenyamanannya karena keberadaan para preman tersebut. Sebagai ikon Kota Makassar, pada setiap hari Minggu, pantai ini dipenuhi sekitar 500 pedagang dan ribuan pengunjung lokal maupun mancanegara. Satpol PP terkesan takut dan menutup mata dengan aksi preman yang sering memalak para pedagang dan membentak-bentak.
Parkir kendaraan tersedia di Pantai Losari, tetapi justru parkir liar yang dikelola preman merajai tanpa ada karcis resmi. Pungutan kepada para pedagang pun dilakukan para preman. Salah satu korban aksi preman di Pantai Losari adalah ibu Ani, pedagang nasi kuning yang setiap Minggu berjualan di pantai tersebut. Pada Minggu (5/5/2013), dagangan perempuan paruh baya ini diobrak-abrik preman yang dipimpin Aco tanpa alasan jelas.
Pengunjung dan pedagang lainnya tak berani menghentikan aksi Aco dan teman-temannya, bahkan orang yang melihat aksi brutal itu ikut kena bentak. Satpol PP yang berjaga di Pantai Losari pun hanya bisa diam seolah-olah tak mengetahui aksi itu.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Sulselbar Komisaris Besar Polisi Endi Sutendi yang dikonfirmasi mengaku baru tahu ada puluhan preman “berkuasa” di Pantai Losari dan meresahkan. Dia berjanji akan menindaklanjuti informasi ini. “Saya sudah laporkan ke Kepala Polrestabes Makassar dan dalam waktu dekat akan ditindaklanjuti,” janji dia.
Namun, Endi mengatakan, mengatasi premanisme seharusnya bukan hanya tugas kepolisian. “Jika kita semua bersama-sama mengatasi masalah ini, tentunya premanisme di Kota Makassar bisa teratasi,” kata dia.
Sementara itu, Humas Pemerintah Kota Makassar, Hamzah, yang dikonfirmasi terkait pembiaran preman yang menguasai Pantai Losari, enggan berkomentar banyak. “Hehehe… mudah-mudahan saja bisa diatasi preman di sana,” jawab dia.
Sumber : kompas.com